Puisi Opik Sebuah Realita

Dengan penjiwaan yang dalam, para anggota Bengkel Kreasi Seni Gapat Bandung terdiri dari para penyandang cacat tuna rungu secara bergantian membacakan puisi karya Taufik Hidayat (Opik) dalam acara Peluncuran Buku “Isi Otakku” Kumpulan Puisi Opik, di Gedung Indonesia Menggugat, Jl. Perintis Kemerdekaan Bandung, belum lama ini.
Puisi Opik selanjutnya dibacakan oleh kedua seniman kota Bandung yakni Kania Rusli dan Iman Soleh. Mereka membacakan judul ke judul dengan penuh penghayatan,” Dalam mengerjakan karya puisinya, Opik melakukannya dengan lugas, tidak rumit, tidak pernah jauh dari dirinya, sekitar dirinya, sekitar dirinya dan dirinya, tidak terpenjara oleh metafor juga simbol, dia berkata, itulah yang ditemukan dan kemudian dia katakan. intinya puisi Opik adalah sebuah realita,” ujar Iman Soleh yang menyatakan Opik sangat inspiratif dan pekerja keras.
Hadir sebagai para pembicara dalam diskusi kumpulan puisi Opik yang diprakarsai Yayasan Sidikara tersebut diantaranya; Pemerhati sastra Indonesia, Soni Farid Maulana (PR), Yesmin Anwar (praktisi hukum), dan Iman Soleh (seniman),” Kepekaan Opik, banyak menulis puisi dengan menggarap ulang ”sampah bahasa” menjadi suatu yang menarik dan mengejutkan dan teknik penulisan puisinya banyak memainkan logika sebagian banyak mengkritisi masalah sosial terutama pendidikan,” ujar Soni.
Sementara, Yesmin Anwar menyatakan bahwa warga negara yang penyandang cacat seperti Opik juga dapat berprestasi seperti orang biasa,” bagaimana nantinya,Opik mungkin bukan hanya membuat puisi tapi dapat pula bermain teater,” ujar Yesmin.