TNI Banyak Berperan Dalam Perdamaian Dunia

Dalam menjalankan berbagai misinya sebagai Pasukan Pemelihara Perdamaian Dunia (PBB), Indonesia yang juga merupakan anggota Dewan Keamanan PBB (United Nation) telah menunjukkan komitmennya dengan banyak mengirimkan pasukannya ke sejumlah daerah yang dilanda konflik di berbagai belahan dunia. Termasuk salah satunya ke Libanon Selatan.
Awal pengiriman Pasukan Garuda dimulai sejak tanggal 8 Januari 1957 ke Timur Tengah tepatnya Mesir dan hingga sekarang tercatat telah puluhan kali melaksanakan misinya,” Hal ini telah membuktikan bahwa peran serta bangsa Indonesia secara aktif dalam upaya pemeliharaan perdamaian dunia yang sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945 Alenia IV,” Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” dan tercantum pula dalam UU No. 34 Tahun 2004 tentang salah satu tugas Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang mana ditegaskan pada pasal 20 ayat 3 mengenai pengerahan kekuatan TNI (Pasukan Garuda) dalam melaksanakan tugas Operasi Militer selain perang (OMSP) dan juga berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2006 tanggal 9 September 2006 tentang pengiriman Pasukan pemelihara Perdamaian di Libanon Selatan,” Ungkap Eks Komandan Kontingen Pasukan Garuda Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-B/UNIFIL Letnan Kolonel Inf. AM Putranto, S.Sos., dalam rangka misi perdamaian dunia periode 2007-2008 di Libanon Selatan pada acara Seminar, Pemutaran Film, dan Peluncuran Buku bertema “Diplomasi Perdamian Indonesia di Libanon Selatan” yang berlangsung dari tanggal 18 Maret-11 April 2010, bertempat di Gedung Merdeka, Jl. Asia Afrika Bandung, Kamis (18/3).
Pengiriman Pasukan Perdamaian ke Libanon Selatan ini, berdasarkan MOU antara Pemerintah RI dan PBB, seiring pula dengan berakhirnya masa tugas Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XIII-A/UNIFIL di negara tersebut sebelumnya,” Tugas pokok Pasukan Garuda di Libanon Selatan yang berjumlah 850 personel terdiri dari 541 TNI AD, 242 TNI AL, dan 63 TNI AU ditambah 1 personel dari Dephan RI serta 3 dari Deplu antara lain; mengamankan wilayah operasi UNIFIL dari keberadaan senjata-senjata ilegal, kelompok bersenjata, menjaga integritas Blue Line, melaksanakan kegiatan sosial dan memberi bantuan kemanusiaan serta melindungi kegiatan masyarakat setempat dalam rangka mendukung tugas komando sektor timur. Sementara, untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut maka pasukan dilengkapi pula dengan kendaraan tempur yang terdiri dari 38 unit VAB APC, 12 unit BTR 80 A APC, 2 unit VAB Commmad Post, 6 unit VAB Ambulance, 6 unit VBL Panhard dan 7 unit VAB APC sebagai National Support Element yaitu sebagai kekuatan cadangan, serta dilengkapi dengan persenjataan Morri 60 Mm Commando dan Morse 81 Mm,” jelas Putranto.
Para peserta yang hadir dalam seminar ini antara lain; Para Guru, Mahasiswa, Pelajar, dan sejumlah undangan lainnya.
Wilayah operasi dan tangungjawab Pasukan Garuda terdiri dari luas 112 Km2, kedalaman 13 Km, Blue Line sepanjang 11 Km,” batas utara adalah sungai Litani yang membatasi wilayah Libanon Utara, sebelah timur berbatasan dengan Spanbatt (Spanyol battalion) dan Blue Line/negara Israel, sebelah selatan berbatasan dengan Nepbatt (Nepal dan Frencbatt) dalam wilayah operasi ini terdapat 13 Desa binaan yang menjadi tanggungjawab Indobatt yang dibantu pasukan dari Lebanese Armed Forces (LAF) ,” lanjut Putranto yang menerangkan pula adanya kegiatan pembinaan ke dalam terhadap pasukan maupun pembinaan keluar yaitu menjalin hubungan dengan berbagai pihak.
Pembicara lainnya, I Nyoman Sudira mengatakan, PBB dihadapkan dengan berbagai persoalan yang mengancam perdamaian internasional. Oleh sebab itu, jalan yang ditempuh adalah menyelesaikan segala persoalan secara damai,” PBB menjalankan peranannya sebagai mediator, sementara dalam kasus konflik bersenjata maka, yang ditawarkan adalah gencatan senjata dan jalan lainnya yaitu dengan penerapan sangsi baik berbentuk verbal sederhana sampai intervensi militer,” ujar Nyoman Sudira.
Menurut Nyoman Sudira, PBB membedakan beberapa cara intervensi untuk mencapai perdamaian selain pengiriman bantuan seperti; Menciptakan Perdamaian (Peace Making), Menjaga Perdamaian (Peace Keeping), Menggalang Perdamaian (Peace Building),” PBB dalam menjalankan peranannya sebagai penjaga perdamaian tidaklah semuanya berjalan mulus dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Masih banyak korban sipil di wilayah konflik pada saat operasi perdamaian dan banyak pula menuai kritik tentang kapabilitas perlindungan kemanusiaan. Namun, dibalik kerasnya kritik tersebut, PBBlah badan yang mampu mengkombinasikan politik, militer dan humanitarian intervention dalam rangka mengurangi misteri konflik harus diakui bersama,” ujar Nyoman Sudira yang menyatakan pula bahwa peran PBB di masa datang sebagai penjaga perdamaian akan semakin meningkat seiring informasi yang juga meningkat dan juga transparan di seluruh dunia.
Sementara itu, Denny Lesmana menyatakan, Diplomasi sebagai hubungan antar negara dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional selalu berkembang sesuai denga perkembangan zaman. Para pelaku diplomasi juga berkembang sejalan dengan semakin kompleksnya isu-isu dalam hubungan internasional,” pengiriman pasukan Garuda sangat penting dalam rangka penjagaan perdamaian maupun diplomasi, karena disamping tugas penjagaan perdamaian dunia, para prajurit garuda juga harus melakukan pendekatan dan negosiasi dengan masyarakat setempat agar situasi kondusif dan sekaligus turut mempromosikan Indonesia kepada mereka,” ujar Denny yang menghimbau juga kepada semua elemen masyarakat dan pemerintah untuk terus mendukung kesuksesan diplomasi Indonesia yang hasilnya untuk dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Benny/Roni/kotapramuka.com