Pemerintah Harus Siap Hadapi ACFTA

Yang menjadi salah satu tantangan besar dalam menjalankan kemajuan perekonomian Indonesia adalah kehadiran ASEAN-China FTA (ACFTA), bagaimana Pemerintah dan Swasta saat ini, dihadapkan dengan kesiapan untuk lebih meningkatkan kualitas produk dan harga dalam negeri menghadapi persaingan global selanjutnya. Menyikapi masalah tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Padjadjaran (Unpad) bersama sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam BEM se-Indonesia melalui kegiatan temu ilmiah selama empat hari berturut-turut membuat kajian serta rumusan mengenai dampak positif dan negatif dari ACFTA tersebut yang selanjutnya dijadikan rekomendasi atau pernyataan sikap kepada Pemerintah dan Pengusaha sebagai bahan rembukan bersama dalam Seminar dan Konfrensi Ekonomi Nasional bertema ”ASEAN-CHINA FTA: Problematika atau Solusi?“, di Gedung Wahana Bakti Pos, Jl. Banda 30 Bandung, Kamis (18/3).
Hadir sebagai pembicara antara lain; Edy Irawadi (Deputi Menko Perekonomian Bid. Perdagangan dan Perindustrian), Burhanudin Abdullah (Mantan Gubernur BI), Handaka Santosa (Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia), Ade Sudrajat (Wakil Ket.Umum API), Andi Megantara (Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro) dan Prof. Ina Primiana (Guru Besar FE Unpad).
Ketua BEM FE Unpad, Supriyatna menyatakan bahwa Mahasiswa mewakili masyarakat, dari seminar ini intinya ingin memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait terutama pemerintah berkenaan kesiapan mereka menghadapi ACFTA dan bagaimana menyediakan iklim investasi untuk mendorong para pengusaha agar lebih siap lagi dalam menjalankan usahanya dengan baik dan dapat bersaing, ”Dalam pernyataan sikap kami, ada sebelas butir untuk Pemerintah dan delapan butir untuk para Pengusaha,” ujar Supriyatna di sela-sela acara.
Menurut Supriyatna, ACFTA merupakan tantangan besar bagi bangsa Indonesia, sampai saat ini seolah-olah kita belum siap untuk menghadapi hal itu, diakui, produk China boleh dikatakan menghancurkan produksi dalam negeri, karena dengan harga murah yang mereka tawarkan, sangat sesuai sekali dengan keinginan pangsa pasar Indonesia yang diakui juga daya belinya masih kurang,” Kita lihat orientasinya kedepan, bagaimana harga kita bisa bersaing tapi kualitas kita pun tetap bagus dan beda dengan China yang harganya murah tapi, kualitas kurang bagus,” jelas Supriyatna.
Selain itu, Menteri Perindustrian RI, M. S. Hidayat mengatakan, kerjasama internasional memang diperlukan saat ini karena, alasan perbedaan teknologi negara satu dengan lainnya, saling membutuhkan dan saling menguntungkan termasuk kerjasama ASEAN-China FTA,” Menghadapi Asean Economic Comunity pada tahun 2015, Indonesia dalam jangka waktu 5 tahun harus dapat mempersiapkan diri secara keseluruhan terutama dalam bidang ekonomi. Jika, melihat dari segi positif kerjasama ini akan menguntungkan ekonomi dalam negeri,” ujar Menteri dalam sambutannya yang menyatakan bahwa Indonesia dalam berbagai kesepakatan ACFTA tidak dapat dicegah ataupun dibatalkan walaupun, sektor industri manufaktur dirasakan belum cukup siap.
Menurut Hidayat, Indonesia harus melakukan langkah-langkah strategis dalam upaya meningkatkan kualitas produk dalam negeri di pasar global tentunya dengan berbagai pihak terkait, ”Keberadaan Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dasarnya ditujukan untuk menciptakan kemampuan ekonomi, perdagangan dan investasi dari seluruh negara yang terikat olehnya. Oleh karena itu, selain keterlibatan para pengusaha, peran mahasiswa dalam hal ini para Sarjana Ekonomi sangat diperlukan dalam rangka pengembangan sektor ekonomi Indonesia lebih maju secara menyeluruh termasuk promosi sektor pariwista,” ujar Hidayat.
Hadir pula dalam acara tersebut, Rektor Unpad Prof. Ganjar Kurnia dan sejumlah undangan lainnya.
Supriyatna menambahkan, satu hal yang harus digaris bawahi bahwa pemerintah harus mereformasi birokrasi terutama bidang ekonomi, bagaimana nantinya para pengusaha dapat leluasa untuk membuat usaha dan lain sebagainya,” Industri kreatif dapat dipandang sebagai pendukung kemajuan ekonomi Indonesia, sebab dalam industri ini mempunyai daya komparatif daripada Negeri China, yang diharapkan juga bahwa kegiatan industri kreatif dapat di dukung dan dikembangkan sepenuhnya oleh pemerintah selain semua elemen dapat pula sinergi untuk meningkatkan kualitas produksi dalam negeri lebih bersaing di pasar bebas disamping diperlukan pula kualitas SDM yang memadai termasuk penguasaan bahasa,” harap Supriyatna.

Benny/Roni/kotapramuka.com