Khawatir Terjadi Pergeseran Bahasa Sunda di Jawa Barat

Masyarakat Jawa Barat, khususnya yang tinggal di kota-kota besar seperti Bandung, adalah masyarakat yang multikultural dan multilingual. Dari segi bahasa dapat dikatakan bahwa di Jawa Barat ada tiga bahasa daerah yang diakui oleh pemerintah daerah, yaitu bahasa Sunda, Melayu Betawi, dan Cirebon. Bahasa Sunda dipakai di hampir sebagian besar wilayah Jawa Barat. Bahasa Melayu Betawi dipakai di daerah Bekasi, sedangkan bahasa Cirebon dipakai di wilayah Cirebon dan sekitarnya,” meskipun bahasa Sunda bahasa paling besar penuturnya, ada kekhawatiran akan makin berkurangnya pemakai bahasa ini. Kekhawatiran ini bukan hanya karena dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti pengaruh Bahasa Indoneia melainkan juga oleh faktor internal, seperti adanya undak usuk bahasa yang menyebabkan generasi muda mengalami kesulitan dalam berbahasa Sunda. Kedua faktor tadi menyebabkan banyak keluarga suami Sunda dan istri Sunda. keluarga yang sudah tidak setia dengan bahasa Sunda ini kemudian beralih ke bahasa Indonesia dengan berbagai alasan dengan demikian telah terjadi pergeseran bahasa (language shifting),” ungkap Kepala Balai Bahasa Bandung, Drs. Much. Abdul Khak, M.Hum dalam makalahnya tentang “Pergeseran Bahasa dalam Keluarga Sunda-Sunda di Jawa Barat” saat dipaparkan pada Seminar Internasional Hari Bahasa Ibu bertema “Menyelamatkan Bahasa Ibu Sebagai kekayaan Nasional” bertempat di Gedung Merdeka, Jl. Asia Afrika Bandung, Sabtu (19/2).
Menurut Abdul, persoalan pergeseran bahasa sangat penting untuk dikaji mengingat bahasa berkaitan pula dengan persoalan identitas. seseorang yang tidak mampu menguasai bahasa daerahnya tentu sudah kehilangan identitas kedaerahannya. Orang Sunda yang sudah tidak mampu berbahasa Sunda tentu tidak layak disebut sebagai orang Sunda. Secara nasional, persoalan ini menjadi penting mengingat bangsa ini dibangun dari etnis-etnis. Jika individu-individu dalam etnis-etnis itu semakin banyak yang kehilangan identitasnya, tentu bangun/bentuk bangsa ini menjadi tidak seindah sekarang. padahal, keIndonesiaan kita justru indah dan kukuh karena dibangun dari berbagai etnis yang ada,” Fenomena yang sudah umum terjadi di Indonesia adalah gejala terdesaknya bahasa daerah oleh Bahasa Indonesia. Fenomena itu juga terjadi pada bahasa Sunda. Sebagian orang Sunda yang berbahasa ibu kini telah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa primernya. Fenomena itu perlu dibuktikan dengan penelitian yang mendalam sehingga dapat diketahui seberapa “parah” hal itu telah berlangsung. Dengan penelitian yang mendalam dapat diketahui dengan pasti berapa persen pergeseran telah terjadi,” ujar Abdul.
Para peserta yang hadir dalam seminar yang diselenggarakan selama dua hari (19-20/2) tersebut berjumlah 300 orang berasal dari dalam dan luar negeri.
Secara landasan teori menurut Abdul, pergeseran bahasa dan pemertahanan bahasa sudah banyak dikaji oleh para ahli seperti (Sumarsono, 1993:2). Penelitian keller di Prancis Selatan (1996), Lieberson tentang imigran Prancis di Kanada (1972), Gal di Austria (1979), Dorian di Inggris (1981), dan Fasold (1984) adalah contoh kajian tentang hal itu. Dalam konteks Indonesia dapat disebutkan, antara lain ,Sumarsono (1993), Astar et al (2003), Handono (2004), dan Kuncha (2004). Namun, hal yang selalu menarik untuk dibicarakan karena dari kajian para ahli itu penyebabnya selalu berbeda beda,” Dalam penelitian keller (1964) pergeseran bahasa lebih banyak disebabkan oleh munculnya industri. Mklifi (1978) dan cooper (1978) menunjukkan bahwa peran bahasa yang menjadi lingua franca sering mendesak bahasa daerah. Sementara itu, dalam kajiannya tentang bahasa Melayu Loloan di Bali, Sumarsono (1993) menemukan bukti bahwa faktor pemertahanan bahasa dipengaruhi oleh agama. Kajian Kuncha terhadap penduduk suku Telugus (imigran India) di Selandia baru menunjukkan bahwa meskipun di rumah anak-anak masih setia menggunakan bahasa telugu, diluar rumah mereka dengan cepat kehilangan bahasa ibunya. yang juga penting dicatat bahwa tidak ada satupun faktor yang mampu berdiri sendiri sebagai satu-satunya pendukung pemertahanan dan pergeseran bahasa itu. Namun, tidak semua faktor yang pernah disebutkan orang tadi pasti terlibat dalam setiap kasus. Itulah sebabnya kajian tentang hal itu selalu menarik, berulang, dan berlanjut,” terang Abdul.
Penyebab pergeseran bahasa lanjut Abdul, terjadi karena tingkat pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan, dan penghasilan,” Salah satu faktor penting yang berdampak pada pergeseran dan pemeliharaan bahasa adalah sikap yang mengacu kepada arah dan ketekunan perilaku manusia sehingga perilaku internal itu mewakili pikiran, perasaan, dan kecendrungan dalam perilaku di berbagai konteks,” ujar Abdul.
Abdul menambahkan, “Pergeseran bahasa Sunda ke bahasa Indonesia lebih banyak disebabkan oleh jenis tempat tinggal, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan ditambah sikap keluarga Sunda-Sunda terhadap bahasa Sunda sudah mengalami penurunan yang signifikan. Oleh karena itu nilai bahasa Sunda tidak sebanding lurus dengan kebiasaan berbahasa Sunda di rumah, pelajaran-pelajaran bahasa Sunda sebenarnya tidak terlalu signifikan mendukung pelestarian bahasa Sunda,” kata Abdul.

Benny/Roni/kotapramuka.com