
Sejak awal mendirikan usahnya, Ir. Arifin Panogor telah menunjukkan idealisme, kepekaan sosial dan komitmennya untuk memberdayakan potensi anak bangsa dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Hingga kini, tidak kurang 14.000 tenaga kerja telah bekerja di seluruh jaringan usahanya yang tersebar di Indonesia dan luar negeri. Jaringan usaha yang dibangun Arifin Panigoro telah merekrut sekitar 100 sarjana baru setiap tahun untuk menjadi bagian modal insan muda yang dilatih dan ditempatkan di berbagai sektor usaha migas dan non-migas. Di kalangan industri perminyakan, kompetensi dan keahlian Para pekerja migas Medco dari Indonesia telah menjadi salah satu tolok ukur profesionalisme yang diakui industri migas nasional dan internasional.
Arifin Panigoro adalah pelopor pengembangan industri minyak dan gas (migas) nasional melalui usaha jasa konstruksi pipa, pendirian usaha pengeboran minyak, hingga membangun usaha eksplorasi dan produksi migas. Jaringannya tidak hanya di Indonesia melainkan beroprasi pula di luar negeri,” dalam sepuluh tahun terakhir usaha yang telah dikembangkannya mampu memberikan total kontribusi sebesar US$7,6 miliar kepada negara,” ujar ketua Tim Promotor, Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso saat membacakan pidato pertanggungjawaban promotor pada acara penganugrahan gelar Doktor kehormatan (honoris causa) dalam bidang technopreneurship kepada Ir. Arifin Panigoro di Aula Barat ITB, Sabtu (23/1).
Selain itu, di sektor pangan dan energi, menurut Tim promotor telah menunjukan pandangan yang visioner tentang masa depan bangsa dengan menyuarakan perlunya pengembangan sektor pangan dan energi demi mewujudkan kedaulatan bangsa. Di bidang energi, dia mempelopori pengembangan sumber daya energi terbaru dengan mengembangkan industri ethanol, tenaga listrik panas bumi, hingga biomassa, ”Di bidang pangan, ia juga gencar menyuarakan pengembangan padi SRI organik (System of Rice Intensification) yang ramah lingkungan dan memiliki produktivitas tinggi. Ia juga mengembangkan konsep pangan, energi, dan pendidikan secara terintegrasi dengan mendayagunakan potensi alam di Merauke, Papua. Ikhitiar ini dilakukan melalui budidaya aneka tanaman penghasil bahan pangan dan energi yang sekaligus merupakan upaya pengembangan wilayah yang berpotensi menjadi penyangga negara di masa depan,” ujar Djoko Santoso di hadapan para undangan yang hadir di antaranya Pimpinan dan anggota MWA, Pimpinan dan anggota MGB, Pimpinan dan anggota SA, Pimpinan dan anggota DA, Para pimpinan SUK dan SKD ITB, Para sesepuh dan tamu kehormatan ITB, Unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Jawa Barat dan Kota Bandung, Para Dosen dan Mahasiswa, serta sejumlah undangan lainnya.
Board Conservation International Indonesia ini juga memiliki perhatian yang luas dan komitmen yang tinggi dalam menumbuhkan semangat kewirausahaan (entrepreneurship). Semangat ini diwujudkan dengan membangun sejumlah perusahaan ventura yang memberikan bantuan modal kepada sektor usaha kecil dan menengah di berbagai provinsi di Indonesia,” sektor ini biasanya kurang dilirik oleh perbankan karena dinilai tidak bankable atau tak layak mendapatkan kredit. Sementara, di bidang profesi, dukuigannya terhadap pengembangan profesi dan pendidikan dengan menduduki posisi Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) periode 1996-2001 telah membawa perubahan besar dalam organisasi PII, di antaranya adalah sertifikasi insinyur profesional,” jelas Djoko.
Djoko menambahkan, beliau juga aktif di kegiatan corporate social responsibility (CSR) bidang lingkungan hidup dan operasi kemanusiaan di daerah bencana”. Karena pengalaman itulah ia jering diundang memberikan kuliah umum (public lecture) baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dan karena idialisme, pola pikir, semangat, dan ikhtiar kewirausahaannya ia mendapatkan berbagai predikat sebagai The Best Company dalam penerapan GCG di Indonesia, Green Company untuk kelestarian lingkungan hidup sampai kepada penghargaan Millenium Development Goals (MDGs),” lanjut Djoko Santoso.
Sementara itu, Arifin Panigoro dalam kesempatan yang sama menyatakan, anugerah gelar doktor kehormatan ini tidak hanya ditujukan untuk dirinya saja melainkan untuk seluruh masyarakat wirausaha di tanah air,” penghargaan ini saya dedikasikan kepada mereka yang telah berjasa dalam perjalanan hidup saya, yaitu orang tua, guru dan rekan-rekan saya,” ungkap Arifin yang menegaskan pula bahwa bisnis hendaknya tidak dilihat hanya sebagai usaha untuk mencari keuntungan, tetapi sebagai bagian dari usaha untuk maju, tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dan dijalankan dengan berpegang pada nilai-nilai moral atau kebijakan.
Di tempat yang sama pula, Bambang Trimurti dari Dewan Pers menyatakan, Arifin Panigoro layak mendapatkan gelar Doktor Kehormatan bidang Technopreneurship sebab dari ribuan lulusan dan alumni ITB yang betul-betul berhasil di Industri sebagai pemilik dan berskala global memang tidak banyak dan beliau adalah salah satunya,” Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak yang lumayan besar, dan Pak Arifin ternyata berhasil membuktikan bisa menjadi pemilik industri minyak tidak hanya di negeri sendiri tapi juga punya andil di beberapa negara lainnya,” ujar Bambang yang turut bangga atas prestasi yang diraih Arifin Panigoro ini.***
Benny/Roni/kotapramuka.com
Arifin Panigoro adalah pelopor pengembangan industri minyak dan gas (migas) nasional melalui usaha jasa konstruksi pipa, pendirian usaha pengeboran minyak, hingga membangun usaha eksplorasi dan produksi migas. Jaringannya tidak hanya di Indonesia melainkan beroprasi pula di luar negeri,” dalam sepuluh tahun terakhir usaha yang telah dikembangkannya mampu memberikan total kontribusi sebesar US$7,6 miliar kepada negara,” ujar ketua Tim Promotor, Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso saat membacakan pidato pertanggungjawaban promotor pada acara penganugrahan gelar Doktor kehormatan (honoris causa) dalam bidang technopreneurship kepada Ir. Arifin Panigoro di Aula Barat ITB, Sabtu (23/1).
Selain itu, di sektor pangan dan energi, menurut Tim promotor telah menunjukan pandangan yang visioner tentang masa depan bangsa dengan menyuarakan perlunya pengembangan sektor pangan dan energi demi mewujudkan kedaulatan bangsa. Di bidang energi, dia mempelopori pengembangan sumber daya energi terbaru dengan mengembangkan industri ethanol, tenaga listrik panas bumi, hingga biomassa, ”Di bidang pangan, ia juga gencar menyuarakan pengembangan padi SRI organik (System of Rice Intensification) yang ramah lingkungan dan memiliki produktivitas tinggi. Ia juga mengembangkan konsep pangan, energi, dan pendidikan secara terintegrasi dengan mendayagunakan potensi alam di Merauke, Papua. Ikhitiar ini dilakukan melalui budidaya aneka tanaman penghasil bahan pangan dan energi yang sekaligus merupakan upaya pengembangan wilayah yang berpotensi menjadi penyangga negara di masa depan,” ujar Djoko Santoso di hadapan para undangan yang hadir di antaranya Pimpinan dan anggota MWA, Pimpinan dan anggota MGB, Pimpinan dan anggota SA, Pimpinan dan anggota DA, Para pimpinan SUK dan SKD ITB, Para sesepuh dan tamu kehormatan ITB, Unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Jawa Barat dan Kota Bandung, Para Dosen dan Mahasiswa, serta sejumlah undangan lainnya.
Board Conservation International Indonesia ini juga memiliki perhatian yang luas dan komitmen yang tinggi dalam menumbuhkan semangat kewirausahaan (entrepreneurship). Semangat ini diwujudkan dengan membangun sejumlah perusahaan ventura yang memberikan bantuan modal kepada sektor usaha kecil dan menengah di berbagai provinsi di Indonesia,” sektor ini biasanya kurang dilirik oleh perbankan karena dinilai tidak bankable atau tak layak mendapatkan kredit. Sementara, di bidang profesi, dukuigannya terhadap pengembangan profesi dan pendidikan dengan menduduki posisi Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) periode 1996-2001 telah membawa perubahan besar dalam organisasi PII, di antaranya adalah sertifikasi insinyur profesional,” jelas Djoko.
Djoko menambahkan, beliau juga aktif di kegiatan corporate social responsibility (CSR) bidang lingkungan hidup dan operasi kemanusiaan di daerah bencana”. Karena pengalaman itulah ia jering diundang memberikan kuliah umum (public lecture) baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dan karena idialisme, pola pikir, semangat, dan ikhtiar kewirausahaannya ia mendapatkan berbagai predikat sebagai The Best Company dalam penerapan GCG di Indonesia, Green Company untuk kelestarian lingkungan hidup sampai kepada penghargaan Millenium Development Goals (MDGs),” lanjut Djoko Santoso.
Sementara itu, Arifin Panigoro dalam kesempatan yang sama menyatakan, anugerah gelar doktor kehormatan ini tidak hanya ditujukan untuk dirinya saja melainkan untuk seluruh masyarakat wirausaha di tanah air,” penghargaan ini saya dedikasikan kepada mereka yang telah berjasa dalam perjalanan hidup saya, yaitu orang tua, guru dan rekan-rekan saya,” ungkap Arifin yang menegaskan pula bahwa bisnis hendaknya tidak dilihat hanya sebagai usaha untuk mencari keuntungan, tetapi sebagai bagian dari usaha untuk maju, tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dan dijalankan dengan berpegang pada nilai-nilai moral atau kebijakan.
Di tempat yang sama pula, Bambang Trimurti dari Dewan Pers menyatakan, Arifin Panigoro layak mendapatkan gelar Doktor Kehormatan bidang Technopreneurship sebab dari ribuan lulusan dan alumni ITB yang betul-betul berhasil di Industri sebagai pemilik dan berskala global memang tidak banyak dan beliau adalah salah satunya,” Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak yang lumayan besar, dan Pak Arifin ternyata berhasil membuktikan bisa menjadi pemilik industri minyak tidak hanya di negeri sendiri tapi juga punya andil di beberapa negara lainnya,” ujar Bambang yang turut bangga atas prestasi yang diraih Arifin Panigoro ini.***
Benny/Roni/kotapramuka.com