Gerakan Pramuka Melatih Keterampilan dan Semangat Bekerja

Kerajinan dan Hobi
Seperti telah berlangsung sejak lama, saat ini terdapat pemborosan sumberdaya manusia yang mengkhawatirkan. Hal itu disebabkan oleh pelatihan dan pendidikan yang tidak efektif. Sebagian besar dari para remaja tidak diajar untuk menyukai pekerjaan. Meskipun mereka diajari keterampilan atau sifat-sifat untuk berusaha, mereka jarang sekali diberi petunjuk cara menerapkannnya untuk membangun karir.
Dalam diri mereka pun tidak dinyalakan api ambisi. Seringkali mereka bekerja atau ditempatkan dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya.
Kita tidak dapat dengan tegas menyatakan dimana letak kesalahannya, tetapi kenyataannya tidak ada perubahan. Akibatnya, para remaja yang tidak mendapat anugrah secara alami, dibiarkan terkatung-katung dan menjalani nasib yang tidak menentu. Mereka sendiri menderita dan merupakan beban masyarakat, bahkan membahayakan bagi negara. Lagi pula, sebagian besar dari yang berhasil dalam bidang-bidang tertentu, pasti akan mencapai hasil lebih baik, jika saja mereka pernah mendapat latihan yang lebih praktis.
Dalam Gerakan Pramuka, kita dapat melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan yang menyedihkan tersebut. Kita dapat mengambil langkah-langkah untuk membekali para remaja yang paling payah sekalipun, dengan peluang awal dengan melengkapi mereka paling sedikit dengan harapan dan keterampilan tertentu.
Bagaimana caranya? Tentu saja, pikirkan kita tertuju kepada Tanda kecakapan Khusus bidang keterampilan dan kerajian. Meskipun kita menamakannya “kerajinan” atau keterampilan, kecakapan-kecakapan itu, sesuai dengan kebakuan kita dalam mengujinya, lebih dari sekedar “Hobi” atau kegemaran. Hal itu merupakan bagian dari upaya kita untuk membimbing atau menggiring para Pramuka dewasa. Sementara itu, hobi memiliki nilai karena melalui kegemaran-kegemaran itu para remaja belajar menggunakan jari tangan dan otaknya dan untuk menikmati dan gembira dalam pekerjaan. Bagi seorang remaja, kegemaran itu akan menjadi hobinya selama beberapa tahun. Bagi anak lain, kegemaran atau keterampilan itu dapat menjadi karir atau penghasil nafkah. Dalam dua kasus itu, kemungkinan besar mereka tidak akan terus menjadi penganggur di kemudian hari. Hobi akan menjadi penawar terhadap bujukan setan kecil.
Akan tetapi, hobi atau kerajinan kemungkinan tidak akan menjadi karir bagi seorang remaja, tanpa bantuan atau dorongan sifat-sifat moral tertentu. Jadi, perajin ahli itu harus memiliki disiplin diri. Ia harus menyelaraskan dirinya dengan kebutuhan atau persyaratan yang ditentukan oleh pemberi kerjanya dan tuntutan rekan-rekan sekerjanya. Ia harus tetap bersikap sederhana, efisien dan bersemangat. Dia harus mempunyai kekuatan dan hal itu bergantung pada besarnya ambisi, keterampilan, inisiatif dan kesehatan.
Lalu, bagaimana kita menerapkan hal-hal diatas dalam latihan kepramukaan?
Langkah Pertama Adalah Kehidupan di Alam Terbuka
Langkah pertama bagi para Pramuka untuk memperoleh keterampilan, paling mudah dibangkitkan dalam perkemahan, ketika membangun gubuk, menebang pohon, membuat jembatan, merancang alat-alat perkemahan misalnya rak piring, gantungan panci dan sebagainya, mendirikan tenda, menganyam alas tidur dan lain-lain. Para remaja akan merasakan tugas-tugas itu sangat praktis dan bermanfaat bagi kenyamanannya pada saat berkemah.
Setelah melalui dengan keterampilan-keterampilan tersebut, mereka akan lebih bersemangat menekuni hobi dalam waktu senggangnya, karena kecakapan-kecakapan itu akan diimbali dengan tanda Kecakapan, sedangkan keterampilan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uang. Dengan cara demikian, mereka akan cepat tumbuh menjadi pekerja yang rajin dan bersemangat.
Sistem Tanda Kecakapan Khusus
Sistem Tanda kecakapan Khusus, dimaksudkan untuk mengembangkan pada setiap anak pengenalan terhadap hobi dan kerajinan tangan. Hobi atau keterampilan itu diharapkan di kemudian hari akan memberinya karir atau lapangan kerja, sehingga tidak membiarkannya tanpa harapan dan tidak berdaya dalam kehidupannya di dunia. Tanda-tanda kecakapan itu hanyalah dimaksudkan sebagai pendorong baginya untuk memiliki hobi atau kesibukan, serta akan mengembangkannya. Tanda atau lencana itu akan menunjukkan kepada orang lain, bahwa ia memiliki kemampuan dalam bidang tertentu, tetapi bukan untuk menunjukkan bahwa ia adalah seorang ahli dalam bidang kerajinan itu. Jika kita menjadikan kepramukaan sebuah pola resmi dalam pegajaran efisiensi, kita akan kehilangan seluruh tujuan dan nilai latihan kepramukaan, dan kita merambah peran sekolah tanpa ahli-ahli yang terlatih untuk melaksanakannya. Keahlian adalah tugas pendidikan di sekolah.
Kita menginginkan semua peserta didik maju berdasarkan pengembangan diri yang mengembirakan dari dalam dirinya, bukan dengan pemaksaan instruksi-instruksi resmi dari luar.
Akan tetapi, tujuan sistem Tanda Kecakapan dalam kepramukaan, adalah juga untuk memberikan kepada pembina Pramuka, sebuah alat yang dapat digunakan untuk merangsang sesungguhan dan ketekunan pada setiap Pramuka untuk menekuni hobi yang dapat membantu pembentukan kepribadiannya atau mengembangkan keterampilannya.
Sistem Tanda kecakapan Umum maupun khusus merupakan alat yang jika diterapkan dengan pengertian dan simpati dirancang untuk memberikan harapan dan ambisi kepada anak yang bodoh dan terbelakang sekalipun. Tanpa dorongan itu, mereka akan cepat tertinggal dan dengan demikian, tidak memiliki harapan dalam persaingan kehidupan. Itulah sebabnya standar kecakapan secara sengaja tidak ditetapkan secara tegas dan kaku. Patokan kita dalam pemberian Tanda kecakapan itu bukanlah penyapaian tingkat pengetahuan atau keterampilan tertentu, melainkan besarnya usaha peserta didik dalam mencapai pengetahuan dan keterampilan tersebut. Hal itu akan memberikan kepada anak yang kurang cakap, pijakan awal bagi peluang yang sama, dibandingkan dengan kawan-kawannya yang lebih cerdas atau maju.
Dengan demikian, seorang Pembina Pramuka yang penuh pengertian, yang telah mempelajari psikologi peserta-peserta didiknya, dapat memberikan tantangan yang memberi harapan kepada anak yang kurang, sehingga ia mempunyai titik awal yang wajar di samping kawan-kawannya yang lebih cerdas. Anak yang terbelakang itu, yang telah merasakan rasa rendah diri karena banyak kegagalan, dengan cara itu akan meraih satu atau dua kemenangan dengan lebih mudah, untuk meningkatkan upaya-upayanya. Jika ia mau mencoba, betapapun rendahnya keterampilannya, pengujinya dapat meluluskannya untuk memperoleh Tanda kecakapan Prestasi itu, biasanya akan mendorong anak itu untuk terus mencoba, sampai ia memperoleh tanda-tanda kecakapan yang lain, dan menjadi mampu secara wajar.
Pengujian Tanda kecakapan bukanlah adu kemampuan, tetapi hanya merupakan ujian bagi perorangan. Oleh karena itu, Pembinan Pramuka dan penguji perlu bekerja serasi, menilai setiap individu atas kemampuannya dan mempertimbangkan kapan harus bermurah hati, kapan harus mengetatkan persyaratan.
Beberapa Pembina dan penguji cendrung bersikeras, para Pramukanya harus unggul dan menonjol, sebelum mereka mendapatkan Tanda kecakapan. Secara teori, pendapat itu memang benar; dengan cara demikian kita dapat menjadikan beberapa peserta didik sangat cakap. Akan tetapi, tujuan kita adalah agar semua peserta didik berminat. Pembina yang menyediakan pagar yang rendah sebagai langkah awal, akan mendapatkan peserta-peserta didik mendapat dengan percaya diri dan bersemangat, sedangkan jika ia menyediakan pagar batu yang kokoh, pagar itu akan membuat peserta didiknya kuat-kuat.
Demikian juga, kami tidak menyarankan sebaiknya, yaitu hampir mengobral Tanda kecakapan, hanya karena peserta didik tahu sedikit saja tentang sesuatu keterampilan. Masalahnya, para penguji harus menggunakan akal sehat dan ketelitiannya, dengan tetap mempertimbangkan tujuan utama pemberian tanda kecakapan.
Kita harus membedakan antara memburu TK lebih menonjol daripada memperoleh TK. Sasaran kita ialah menjadikan peserta didik warga negara yang suka bekerja keras, riang, memiliki akal sehat dan mandiri, bukan menjadikan mereka anak-anak yang suka pamer dan hanya mementingkan diri sendiri. Pembina harus waspada terhadap pemburuan TK serta siapa pemburu TK dan siapa pekerja yang tekun dan sungguh-sungguh.
Dengan demikian, keberhasilan sistem Tanda kecakapan sebagian besar bergantung pada pembina sendiri, dan cara ia menangani setiap peserta didik secara individu.

Kecerdasan/Inteligensia
Pengamatan dan deduksi merupakan dasar dari semua pengetahuan. Oleh karena itu, pentingnya daya pengamatan dan deduksi bagi warga negara muda, tidak boleh diabaikan. Pada dasarnya, anak-anak cepat dalam pengamatan, tetapi kemampuan itu berkurang ketika mereka meningkat dewasa. Hal itu terutama, karena pengalaman-pengalaman pertama menarik perhatian mereka.
Sesungguhnya, pengamatan merupakan kebiasaan yang perlu dilatihkan kepada anak-anak. Mencari jejak adalah langkah yang menarik untuk mendapatkannya. Deduksi atau mengambil kesimpulan adala seni mencari alasan dan kemudian menarik arti dari unsur-unsur yang diamati.
Jika pengamatan dan deduksi sudah menjadi kebiasaan anak, kita memperoleh langkah besar dalam pengembangan karakter atau kepribadiannya.
Pentingnya mencari jejak dan permainan-permainan mencari jejak dengan demikian menjadi jelas. Mencari jejak di alam terbuka dan ceramah-ceramah tentang jejak dan mencari jejak di ruang pertemuan, perlu digalakkan dalam pasukan-pasukan Penggalang.
Kecerdasan dan kecepatan berfikir peserta didik dapat dilatihkan dengan sungguh-sungguh, melalui menemukan jalan dengan peta, mengenali tanda-tanda alam, menaksir tinggi dan jarak, mengamati dan melaporkan ciri-ciri orang, kendaraan, ternak, dengan mensimulasikan cerita-cerita Sherlock Holmes dalam adegan-adegan, serta melalui berbagai teknik kepramukaan yang lain. Bersemboyan akan mempertajam daya pikir, meningkatkan penglihatan dan mendorong mereka belajar dan memusatkan pikiran. Petunjuk-petunjuk PPPK pun memberikan nilai pendidikan yang serupa.
Hari-hari hujan dan latihan dalam ruangan dapat dimanfaatkan secara bijak oleh para Pembina dengan membacakan berita-berita utama dalam surat kabar, melengkapinya dengan peta, dan lain-lain. Pementasan sandiwara dan penampilan tokoh-tokoh sejarah setempat, merupakan juga cara yang baik sekali untuk mendorong peserta didik untuk belajar dan untuk mengungkapkan diri tanpa canggung.
Menyanyi dan bermain sandiwara
Merupakan latihan pengungkapan diri
Yang sangat bagus. Disamping itu, kegiatan tersebut
Melatih kerjasama kelompok; setiap orang
Mempelajari perannya dan melakukannya dengan baik,
bukan untuk pujian bagi dirinya, melainkan
untuk keberhasilan seluruh pertunjukan.

Pengungkapan Diri
Tanda Kecakapan bidang seni, dirancang untuk mendorong peserta didik untuk mencurahkan gagasannya melalui gambar berdasarkan pengamatan atau daya ciptanya sendiri, tanpa usaha untuk menjadi atau meniru seniman. Melalui dorongan menggambar, bagaimanapun kasarnya, ia dapat dibimbing untuk mengenali keindahan dalam warna maupun bentuk, untuk menyadari bahwa dalam lingkungan yang kumuh sekalipun, masih ada cahaya dan bayangan, warna dan keindahan.
Tahap yang lebih lanjut dalam pendidikannya, dapat dikembangkan dengan menyuruhnya berlatih fotografi mental, yaitu memperhatikan rincian suatu adegan, peristiwa atau orang, lalu menanamkannya dalam pikiran, kemudian menggambarkannya kembali pada kertas.
Hal itu melatih pengamatan dalam tingkatan yang paling tinggi. Secara pribadi saya mengamati, bahwa melalui latihan, seseorang dapat mengembangkan kemampuan yang luar biasa ke arah itu.
Irama adalah suatu bentuk seni yang terjadi dengan sendirinya, bahkan kepada pikiran yang tidak terlatih sekalipun, baik diterapkan dalam puisi/sajak, musik, atau gerak tubuh, irama memberikan keseimbangan dan keteraturan, yang mempunyai daya tarik alami, khususnya pada mereka yang dekat dengan suku-suku bangsa yang masih liar. Dalam bentuk musik, irama paling jelas dan universal. Lagu Perang orang Zulu,ketika dinyanyikan oleh empat atau lima ribu prajurit mereka, merupakan contoh gabungan irama dalam musik, sajak, dan gerak tubuh.
Kenikmatan of rendering music, berlaku bagi seluruh umat manusia. Lagu sebagai untaian kata-kata, memungkinkan jiwa mengungkapkan dirinya, yang bila dilakukan dengan benar, memberikan kesenangan baik kepada penyanyinya, maupun kepada pendengarnya.
Melalui kecintaan alami peserta didik terhadap musik, ia dapat dikaitkan dengan puisi dan sentiment (citarasa) karena merupakan peralihan yang alami dan mudah. Keadaan itu membukakan jalan/cara yang tersedia bagi Pembina Pramuka untuk mengajarkan kebahagiaan kepada para peserta didik dan pada saat yang sama, meningkatkan warna pemikiran-pemikirannya.
Bermain peran juga harus merupakan bagian dari pendidikan anak-anak dalam pengungkapan diri. Di sekolah dulu saya sering harus memainkan macam-macam peran, dan saya bersyukur telah melakukannya. Di satu pihak, bermain peran memaksa saya menghafal banyak hal di luar kepala, lagi pula membiasakan saya berbicara dengan jelas di depan banyak orang. Saya pun membuat saya gembira, karena untuk beberapa saat dapat menjadi orang lain.
Bermain peran menuntun seseorang menikmati keindahan karya Shakespeare dan pengarang-pengarang lain, serta merasakan, ketika kita mengungkapkannya, emosi kegembiraan dan kebahagiaan karena telah memberikan kepuasan kepada orang lain, ketika mereka membutuhkannya.
Banyak pasukan Pramuka menyajikan pertunjukan hiburan pada musim dingin dan dengan demikian tidak saja memperoleh tambahan dana, tetapi juga memberikan latihan yang baik bagi para anggota, di samping memberikan kesenangan kepada orang lain.

Dari Hobi Sampai Karir
Hobi, keterampilan, kecerdasan, dan kesehatan merupakan langkah-langkah awal untuk mengembangkan kecintaan terhadap kerja dan kemampuan untuk melaksanakannya, yang sangat penting bagi keberhasilan dalam bekerja, tahap kedua adalah menempatkan pekerja muda itu dengan jenis pekerjaan yang tepat.
Pekerja-pekerja terbaik, memandang pekerjaan sebagai semacam permainan; makin sungguh-sungguh mereka bermain, pekerjaan itu makin menyenangkan. H.G.Wells berkata : “Saya amati, yang disebut orang-orang besar, sesungguhnya berhati seperti anak laki-laki, artinya mereka adalah anak lelaki dalam menikmati tugasnya. Mereka bekerja karena mereka suka bekerja dan dengan demikian,bagi mereka pekerjaan itu merupakan permainan. Anak laki-laki itu tidak saja merupakan ayah bagi orang itu, tetapi ia adalah orang itu dan sama sekali tidak menghilang.
Ralph Parlette berkata dengan jujur : “Bermain adalah Senang mengerjakan sesuatu, sedangkan bekerja ialah melakukan sesuatu karena diharuskan”.
Dalam kepramukaan kita mencoba membantu peserta didik untuk memperoleh sikap tersebut, dengan membuat mereka secara pribadi terlibat dalam masalah-masalah yang menarik perhatian mereka, dan yang kemudian hari akan bermanfaat bagi mereka.
Hal itu kita lakukan pertama-tama dan terutama melalui kesenangan dan kegembiraan melakukan kegiatan Pramuka. Dengan tahap-tahap yang meningkat, anak-anak itu selanjutnya dapat di bimbing secara wajar dan tanpa mereka sadari, mengembangkan dirinya untuk masa depan mereka sendiri.

Sumbangan Para Pembina
Demikianlah jalur-jalur yang dapat ditempuh untuk secara praktis mempersiapkan peserta didik membangun karir melalui kegiatan kepramukaan.
Akan tetapi, itu baru mempersiapkan dia. Pembinanya masih memiliki kemampuan untuk membantu lebih lanjut untuk membuat karir itu brhasil. Pertama-tama, dengan menunjukkan kepada anak itu cara-acara bagaimana ia dapat menyempurnakan petunjuk-petunjuk sederhana yang ia terima sebagai Pramuka. Misalnya, bagaimana ia dapat mengembangkan hobi itu menjadi keterampilan. Pembina dapat memberitahu peserta didik, dari mana dapat diperoleh pendidikan teknis yang lebih lanjut, bagaimana mendapatkan beasiswa atau kesempatan magang, bagaimana melatih dirinya untuk suatu kejuruan tertentu, bagaiman memanfaatkan tabungannya, bagimana melamar pekerjaan, dan sebagainya.
Kedua, dengan mengetahui berbagai macam agen tenaga kerja dan bagaimana memanfaatkannya, persyaratan kerja di berbagai kejuruan (profesi), Pembina dapat memberikan saran, berdasakan kualifikasinya, jenis pekerjaan yang paling tepat baginya.
Semua itu berarti, pembina itu sendiri perlu mencari dan mendapatkan informasi selengkapnya mengenai hal-hal di atas. Dengan sedikit usaha, ia dapat membantu banyak peserta didiknya mendapatkan kehidupan yang berhasil.
Akan merupakan dorongan bagi seorang remaja, meskipun dia hanya seorang pesuruh, bila mengetahui bahwa jika ia menjalankan tugasnya dengan baik sehingga majikan/atasanya merasa tidak akan mendapat pesuruh yang lebih baik, ia sudah berada di jalur yang benar untuk naik jabatan. Akan tetapi, ia harus tekun, dan tidak menyeleweng oleh godaan, ia tidak akan pernah berhasil. Kesabaran dan ketekunan, akan memberikan kemenangan ”Biar Lambat Asal Selamat”.

Lapangan kerja
Dengan memperhatikan dan mempelajari karakter dan kemampuan setiap peserta didik, sedikit banyak pembina dapat mengetahui garis kehidupan yang paling tepat bagi si anak. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa keputusan memilih pekerjaan bagi si anak tetap diserahkan kepada orang tua si anak sendiri.
Jadi masalahnya adalah konsultasi dengan para orangtua, serta mengingatkan mereka agar tidak menempatkan si anak pada pekerjaan yang tidak sesuai, hanya untuk mendapatkan penghasilan segera tapi sementara. Usahakan agar para orangtua dan anaknya sendiri untuk menadang ke depan cukup jauh, untuk mencari peluang-peluang yang terbuka, sambil menempatkan mereka pada langkah awal yang benar.
Dalam hal ini, sangat penting membedakan antara pekerjaan-pekerjaan yang memberikan masa depan bagi si anak, dengan pekerjaan yang tidak membawa mereka kemanapun. Pekerjaan semacam itu disebut “gang buta”. Jenis pekerjaan ini sering menghasilkan uang untuk sementara, untuk mendapatkan penghasilan bagi keluarga, dan oleh sebab itu dipilih oleh orangtua bagi si anak, padahal pekerjaan itu tidak memberikan peluang untuk karirnya sebagai orang dewasa di kemudian hari.
Pekerjaan-pekerjaan yang menjanjikan masa depan, memerlukan pertimbangan yang seksama, berdasarkan kemampuan dan keterampilan si anak. Kemampuan dan keterampilan itu dapat disiapkan ketika ia menjadi Pramuka. Pekerjaan yang memerlukan keterampilan atau keahlian pada dasarnya lebih baik daripada pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian, bagi keberhasilan kehidupan anak di masa depan. Namun, kita perlu mengusahakan agar pertimbangan atas masalah ini tidak ditunda sampai waktunya lewat bagi si anak untuk mempersiapkan diri bagi persyaratan untuk memasuki karir yang diinginkan.

Dadi Pakar (Disadur dari Aids to Scoutmastership, karya Baden Powell).